Berhenti Belajar adalah Kebodohan

6:53 PM

Berhenti Belajar adalah Kebodohan

Belajar adalah merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang. Belajar tidaklah harus selalu di dalam kelas atau diruangan khusus untuk belajar, sejatinya belajar dapat dilakukan dimanapun berada. Belajar tidak terbatas pada usia dan waktu, karena Nabi memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu dari semenjak dilahirkan hingga ajal menjemput. Dalam menuntut ilmu harus disertai niat dan maksud yang baik, seiring dengan perjalanan waktu, belajar atau sekolah sudah mengalami pergeseran makna dalam tujuan belajar, sekarang ini belajar atau sekolah hanya dianggap sebagai jalan atau cara untuk memudahkan di dalam mencari pekerjaan atau masa depan yang lebih baik.

Sekarang ini anak dididik untuk menjadi pintar, sehingga hanya berorienatasi pada nilai dan angka. Karena  beranggapan bahwa dengan nilai yang baik dan banyak prestasi akan memudahkan dalam mendapatkan pekerjaan yang baik  dan gajih yang tinggi. Dan setelah mendapatkan apa yang diinginkan, semangat untuk belajar sudah berkurang dan hanya fokus pada pekerjaan. Seiring dengan selesainya masa studi, selesai juga untuk belajar. Hal ini merupakan kekeliruan, karena Nabi dan Para ulama tidak pernah mengajarkan seperti ini, walaupun studi telah selesai, proses belajar harus terus berlanjut.

lihat juga : Kepemimpinan: Makna dan Esensi

Sebagaimana penjelasan para ulama, dalam kitab Nashoihul Ibad karya Syekh Nawawi, ada satu penjelasan yang cukup menarik untuk dimuculkan kembali terkait penuntut ilmu. ada delapan perkara yang tidak pernah puas, salah satunya adalah orang alim akan ilmu, orang alim tidak akan pernah puas dengan ilmu yang didapatnya, akan selalu belajar dan belajar untuk menambah pengetahuan, dimanapun dan kapanpun. Tidak terbatas ruang dan waktu, Sebagaimana perintah Nabi untuk menuntut ilmu dari semenjak lahir sehingga maut menjemput.

Oleh karena itu, dalam menuntut ilmu harus memahami maksud dan tujuan menuntut ilmu, selama ini kebanyakan orang menggap belajar supaya menjadi pintar dan mudah mendapatkan pekerjaan. Padahal ulama kita terdahulu mengajarkan bahwa menuntut ilmu bukuan itu yang menjadi tujuan. Sebagaimana kata-kata hikmah salah satu Imam Mazhab Fiqih yang masyhur, yaitu Imam Asy-Syafi'i menjelaskan "setiap bertambah ilmuku, maka semakin bertambah aku tahu akan kebodohanku". Semakin seseorang banyak belajar, maka akan semakin menyadari bahwa banyak yang belum diketahui.

Selain itu, Imam Asy-Syafii juga menjelaskan bahwa ada enam syarat dalam menuntut ilmu, salah satunya adalah tamak atau kemauan yang keras terhadap ilmu, sehingga tidak pernah puas dengan ilmu yang didapat, akan selalu berusaha mencari dan terus menambah referensi keilmuan. Inilah sifat yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu, tidak pernah berhenti untuk belajar, karena ilmu Allah sangatlah luas, maka wajib bagi seorang penuntut ilmu untuk terus belajar, kapanpun dan dimanapun berada.

Seorang ulama sufi yang bernama Abdullah ibnu mubarok pernah berkata :

لا يزال المرءُ عالمًا ما طلب العلمَ, فإذا ظنّ أنه قد علمَ, فقد جهلَ

"Seseorang disebut pintar selama ia masih belajar, begitu ia merasa pintar, saat itu ia bodoh."

Maka orang yang merasa pintar pada hakikatnya dia mengakui kebodohan akan dirinya sendiri. Dalam pembelajaran kita menemukan dua diferensiasi orang, yaitu mereka yang pintar namun merasa bodoh dan mereka yang bodoh namun merasa pintar. orang pintar yang merasa bodoh akan selalu berusaha berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu. Bahkan ulama mengatakan bahwa mengatakan tidak tahu ketika ditanya tentang sesuatu yang tidak ia ketahuai adalah sebagian dari ilmu. Dibandingkan dengan orang yang menjawab tanpa ada pengetahuan tentang hal itu.

-ahmadalaspany-    

You Might Also Like

0 comments

berkomentarlah dengan bijak